Termasuk dari rahmat-Nya, Allah menciptakan hamparan dunia begitu indah
lengkap dengan keragaman muatannya. Menganugerahkan kepada manusia berbagai
kekayaan penuh pesona. Anak, istri, harta, tahta, dan dunia seluruhnya begitu
menyejukkan mata. Allah berfirman,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran[3]: 14)
Ayat di atas menjelaskan bahwa mencintai
wanita dan dunia adalah fitrah manusia. Seorang laki-laki tidak dilarang
mencintai wanita selama aplikasi cintanya tidak melanggar syariat. Seorang
manusia tidak dilarang mencintai dunia selama kecintaannya tidak menjerumuskan
kepada maksiat. Namun sadarkah, sejatinya di balik keindahan itu semua adalah
fitnah (ujian) untuk manusia?
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di
bumi sebagai perhiasan baginya, agar
Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
(QS:
Al-Kahfi[18]: 7)
Sebuah hadits dari Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam
menyatakan,
“Yang tersisa dari dunia hanyalah bencana dan fitnah. Perumpamaan
amal kalian seperti bejana. Jika baik bagian atasnya, baik pula bagian
bawahnya; jika busuk bagian atasnya, busuk pula bagian bawahnya.”1
Hikmah Allah azza wa jalla dalam memberikan ujian kepada manusia yaitu dengan
menghiasi tujuh perkara ini sehingga dipandang indah oleh mereka.
Sesungguhnya seandainya bukan karena syahwat
ini yang menghalangi manusia menghadap kepada Rabbnya niscaya ujian dalam agama itu tidak ada faedahnya.
Seandainya dalam hati atau fitrah manusia tidak ada kecintaan terhadap syahwat
ini niscaya ujian dalam agama tidak ada faedahnya. Karena sikap tunduk dan
patuh terhadap aturan agama mudah untuk dilakukan jika tidak ada hambatan dan
rintangan. Oleh karena itu orang yang pertama kali menyambut dan menerima
dakwah Rasul secara umum adalah orang-orang faqir
yang terhalangi dari mendapatkan dunia. Karena tidak ada hambatan dan rintangan
bagi mereka, tidak ada harta, kedudukan
dan yang lainnya.
Dunia merupakan kebutuhan jiwa yang bersifat
jangka pendek. Ia tidak berguna untuk akhirat. Ia dinamakan juga dengan nafsu.
Mengenai nafsu, Al-Quran mengisyaratkan, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS: An-Naazi'aat Ayat[79]:40-
41). Keseluruhan nafsu ada lima macam, yang terkumpul dalam firman Allah, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah (1)permainan dan (2)suatu yang melalaikan(senda gurau), (3)perhiasan dan bermegah-megah antara
kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya (4)harta dan (5) anak”
(QS: Al-Hadiid[57]: 20) Adapun subjek yang dihasilkan dari lima nafsu tersebut
ada tujuh, sebagaimana terkumpul dalam firman-Nya “Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: (1)wanita-wanita, (2)anak-anak, harta yang banyak dari jenis (3)emas, (4)perak, (5)kuda pilihan, (6)binatang-binatang ternak, dan (7)sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran[3]:
14).
Para ulama menjelaskan, tatkala Allah
menjadikan dunia terlihat indah di mata manusia, ditambah dengan berbagai
aksesorisnya yang memikat, mulailah jiwa dan hati condong kepadanya. Dari sini
manusia terbagi menjadi dua kubu sesuai dengan pilihannya. Sebagian orang
menjadikan seluruh anugerah tesebut sebagai tujuan hidupnya. Seluruh pikiran
dan tenaga dikerahkan demi meraihnya, hal itu sampai memalingkan mereka dari
ibadah. Akhirnya mereka tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya dan untuk
apa kegunaannya. Ini adalah golongan orang-orang yang kelak menerima azab yang
pedih. Sedangkan golongan yang kedua adalah orang-orang yang sadar bahwa tujuan
penciptaan dunia ini adalah untuk menguji manusia, sehingga mereka
menjadikannya sarana untuk mencari bekal akhirat. Inilah golongan yang selamat
dari fitnah, merekalah yang mendapat rahmat Allah.2
catatan akhir :
1 Hadits
dilansir oleh Ahmad (no. 16576) dan Abdun bin Humaid (no. 1534) dari hadits
Ummu Salamah
2 Tafsir
As Sa’di, hal. 123-124